Robert Kiyosaki namanya mulai dikenal orang banyak saat menulis buku
best sellernya yang pertama, yaitu Rich Dad, Poor Dad. Saya sudah beli 3
bukunya, semuanya best seller tapi buku keduanya yaitu Cashflow
Quadrant langsung jadi favorit saya :D.
Salah satu dari isi bukunya adalah 7 tingkat investor. Well, sebenarnya dia hanya mengutip dari statement John Burley,
dan memodifikasi jumlah tingkatnya dari 6 menjadi 7. Saya lalu
mensharenya ke lebih dari 20 orang teman. Yuk kita lihat apa saja
ketujuh tingkat investor ini. Anda masuk yang bagian manakah? Teman2
anda masuk yang bagian manakah?
Tingkat 0 : Mereka yang tidak mempunyai modal untuk diinvestasikan.
Orang-orang ini tidak mempunyai modal untuk diinvestasikan. Mereka
menghabiskan semua uang yang mereka peroleh. Banyak orang kaya yang
termasuk kategori ini karena mereka menghabiskan sebanyak atau lebih
banyak dari yang mereka peroleh.
Tingkat 1: Peminjam. Orang-orang ini menyelesaikan
masalah finansial dengan meminjam uang. Sering mereka bahkan melakukan
investasi dengan uang pinjaman. Mereka mengira lebih banyak uang dapat
menyelesaikan masalah keuangan mereka. Tetapi sebanyak apapun uang yang
mereka hasilkan, mereka tetap terbenam dalam hutang. Investor tingkat
ini sering terlihat kaya. Mereka mungkin mempunyai rumah besar dan mobil
mewah. Tetapi kalau anda melihat dengan seksama, mereka membeli dengan
uang pinjaman. Mereka mungkin menghasilkan banyak uang tetapi mereka
hanya selangkah menuju kebangkrutan finansial. Mereka suka berbelanja
“mainan” sambil berkata ini kepada diri mereka sendiri: “Belilah. Kau
layak mendapatkannya. Tidak pernah harganya bisa semurah ini. Ini sedang
obral.” Bagi mereka, penghasilan mereka tidak akan pernah cukup.
Tingkat 2: Penabung. Orang – orang ini menyisihkan
sejumlah kecil uang secara teratur. Uang tersebut disimpan dalam
mekanisme penyimpanan beresiko kecil dan berbunga kecil. Seperti
tabungan, atau sertifikat deposito. Namun mereka menabung untuk memakai,
bukan untuk berinvestasi. Mereka menabung untuk membeli TV, untuk
renovasi rumah karena mereka tidak menyukai berhutang. Mereka
menyia-nyiakan aset mereka yang paling berharga, yaitu waktu hanya untuk
menghemat sedikit uang. Mereka mengejar diskon2 tapi tidak mau
meluangkan waktu untuk membaca dan belajar bagaimana cara berinvestasi
yang benar.
Tingkat 3 : Investor pandai. Mereka mungkin
berinvestasi dalam bentuk reksadana, saham, obligasi, ataupun hubungan
rekanan. Ada 3 jenis investor dalam kelompok ini.
- Tingkat 3A: kelompok yang “tidak mau repot” dan berkeyakinan bahwa
dipelajari pun tetap saja tidak akan mengerti tentang angka. Mereka
cenderung menyerahkan semua masalah keuangan pada orang lain yang bisa
dipercaya seperti perencana keuangan.
- Tingkat 3B: Kaum Sinis. Adalah orang-orang yang bisa menemukan
segudang alasan untuk menjelaskan mengapa suatu investasi tidak
berhasil. Herannya mereka tetap membaca majalah2 keuangan, memantaunya,
tapi tidak mau terlibat di dalamnya. Bahayanya, mereka meracuni pikiran
orang2 di sekitarnya dengan mengunderestimate sebuah investasi. Sikap
sinis adalah perpaduan antara rasa takut dan tidak tahu, sehingga
menimbulkan sikap sombong.
- Tingkat 3C: Penjudi. Adalah orang yang langsung terjun ke dunia
investasi tanpa mempelajarinya terlebih dahulu dan menganggap arena itu
sebagai arena perjudian. Mereka dengan sembrono langsung membeli saham
dan berharap akan berhasil, namun kebanyakan akan gagal dan kehilangan
semuanya.
Tingkat 5: Investor canggih. Investor tingkat ini mampu mencari strategi investasi yang lebih agresif atau beresiko, karena mempunyai kebiasaan mengelola uang yang baik, dasar finansial yang kuat, dan juga ahli dalam hal berinvestasi. Mereka tahu bahwa di saat perekonomian sedang buruk, disanalah peluang terbaik untuk berhasil. Investasi pilihan mereka adalah real estate, discounted paper, bisnis, atau saham keluaran baru. Mereka menempuh resiko yang lebih tinggi dari orang2 pada umumnya, tapi bukan karena mereka penjudi. Mereka sering belajar dan tahu kapan akan keluar dari permainan. Mereka menghadiri seminar investasi, berlangganan buletin investasi dan secara aktif ikut dalam pengelolaan investasi mereka, bukannya menyerahkan pengelolaannya kepada orang lain. Mereka sudah bisa membuat “uang bekerja untuk mereka”, karena pendapatan mereka yang terbesar berada pada kolom aset, bukan gaji.
Tingkat 6: Kapitalis. Hanya sedikit orang yang berhasil mencapai tingkat ini. Tujuan seorang kapitalis adalah membuat lebih banyak uang dengan sinergis mengelola uang orang lain, bakat orang lain dan waktu orang lain. Kapitalis sejati menciptakan investasi dan menjualnya ke pasar. Mereka menciptakan lapangan pekerjaan, menciptakan investasi yang dibeli oleh orang lain. Semakin buruk perekonomian, mereka akan semakin kaya karena mereka tahu cara memanfaatkannya. Mereka bisa menghasilkan keuntungan mulai dari 100% sampai tak berbatas. Mereka terjun ke area dimana semua orang malah akan menghindar. Mereka murah hati kepada teman, keluarga, spiritualisme, dan pendidikan. Kapitalis sejati akan lebih banyak menyumbang daripada tingkat2 lainnya karena mereka menghasilkan sangat banyak uang.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dan apa respon mereka?
1. Kiyosaki sekarang kan sudah bangkrut, jadi harusnya dia memasukkan tingkat “investor yang bangkrut”.
2. Sistem kapitalis sekarang sudah mulai runtuh, digantikan oleh syariah.
3. Setiap orang bebas memilih dari segi mana mereka berinvestasi, uang kan bukan segalanya. Yang penting kebahagiaan hidup dan kepuasan diri.
4. Kebebasan finansial itu adalah ketika berapapun uang yang kita punya, kita merasa cukup. Pindah kuadran itu menyakitkan dan menyakitkan tidak pernah berkorelasi dengan kebahagiaan (saya sangat appreciate karena berarti setidaknya dia sudah tahu tentang buku yang pertama or kedua).
Kesimpulannya?
Banyak orang ternyata menanggapi ajaran Kiyosaki dengan sinis. Mengait2kannya dengan kebangkrutannya. Mengait2kannya dengan kapitalisme. IMHO, simaklah ajaran orang bukan dari siapa yang menyatakannya tapi apakah ajaran itu memang baik untuk kita atau tidak. Sebagian besar yang sinis karena mereka mendapati dirinya masih di tingkat 1-3. Sebenarnya saya juga ada di tingkat itu, wong saya masih pake KPR tanpa menerima passive income darinya, dan masih mencicil gadget dengan cicilan 0%. Saya juga sampai sekarang masih terus menabung untuk merenovasi rumah (yang sepertinya tidak pernah puas untuk terus merenovasi) dan jalan2 (kalau bisa ke seluruh dunia).
Namun alhamdulillah, walau sedikit saya juga masuk ke tingkat 4 (walau tidak begitu canggih juga, sebenarnya) karena menginvestasikan sebagian uang saya di reksadana saham syariah dengan tujuan menyiapkan dana pensiun. Saya tahu dengan pasti bahwa dana pensiun program DPLK dari perusahaan itu, ga kan cukup untuk membiayai gaya hidup saya waktu tua nanti karena pertumbuhannya yang kecil plus masih dipotong pajak pula 25%.
Saya bisa bicara begini karena ayah saya baru pensiun. Dari uangnya yang sebanyak berapa M itu, dipotong 25% ternyata lumayan menyakitkan. Dari yang tersisa itu, beliau memutuskan untuk berbisnis tapi sampai saat ini statusnya masih merugi alias belum ada yang berhasil karena..? karena mulai belajar bisnisnya telat, baru sekarang. Dari sekian yang tersisa. masih ada pula yang ditipu oleh orang (oow, pensiunan dengan pesangon banyak itu adalah santapan empuk para penipu loh). Jadi berapa yang tertinggal untuk menghidupi diri sampai setidaknya usia 75 tahun bersama ibu saya? Inflasi terus merambat naik. Uang yang sekarang kelihatan sangat besar, besok2 seperti apa nilainya? Tahukah anda bahwa rupiah kita kemungkinan akan dikembalikan lagi ke angka 1 karena angkanya yang sudah terlalu banyak nolnya? Karena apa? Karena inflasi.
Saya juga menginvestasikan uang ke reksadana saham syariah dengan tujuan menyiapkan dana pendidikan anak karena saya tahu bahwa dana pendidikan mahal sekali. Ga kebayang waktu saya masih di UGM dengan status subsidi, SPP hanya 450rb/semester. Sekarang per-sksnya sudah 75rb. Uang masuknya bisa 45 juta bahkan lebih. Dulu masih banyak ditemukan orang yang memakai sepeda, sekarang mobil yang berbaris disana. Bagaimana dengan nanti?
Kembali ke laptop, jadi sungguh tidak salah jika memang tidak semua orang bisa menerima kutipan Kiyosaki di atas. Setiap orang berhak memutuskan untuk dirinya sendiri, setiap orang bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Saya pun menyampaikan hanya dengan maksud membuka wawasan. Kalau orang yang dituju tidak menerima, apa hak saya untuk memaksa? Toh keuangannya bukan menjadi urusan saya :). Toh mereka juga siapa tahu memang benar. Namun jika ada yang terketuk dan berusaha memperbaiki dirinya, setidaknya saya beramal jariyah. Saya sendiri tidak termasuk bagus di “tingkat” ini tapi terus berusaha untuk ke arah yang lebih bagus, dengan cara yang halal. Amin..
0 comments:
Post a Comment